Kamis, 16 Juni 2016

Essay - Motivasi Kerja Mahasiswa Jurusan Akuntansi Setelah Mempelajari Bidang-Bidang Akuntansi



Motivasi Kerja Mahasiswa Jurusan Akuntansi Setelah Mempelajari Bidang-Bidang Akuntansi


Mungkin menurut masyarakat awam, kuliah di jurusan akuntansi selalu membahas tentang uang, padahal kenyataannya tidak. Secara bahasa, akuntansi merupakan proses mencatat, mengklasifikasi dan merangkum informasi finansial yang berkaitan dengan semua transaksi dan kejadian di perusahaan serta menyajikannya untuk dipahami oleh penggunanya, baik pihak internal (manajer), maupun eksternal (pemegang saham, calon investor, dll). Di jurusan akuntansi ini juga dapat di katakan sebagai tempat berkumpulnya orang orang tau diri. Yang artinya adalah kunci utama kesuksesan adalah ketika kita tahu siapa diri kita, apa kemampuan kita dan apa keterbatasan kita. Dengan mengetahui siapa kita sebenarnya maka akan di dapat suatu strategi  yang tepat dalam meningkatkan prestasi kita dimasa yang akan datang.

Seperti yang dijelaskan oleh Dewan Pengurus Nasional Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), adanya tantangan dengan berlakunya MEA bagi Akuntan di Indonesia yaitu serbuan tenaga akuntan profesional asing ke Indonesia. Jika Akuntan Profesional Indonesia tidak siap maka akan hanya memperoleh jatah sebagai akuntan pinggiran. Tantangan bagi ASEAN diantaranya persiapan implementasi ASEAN MRA on Accountancy Services, harmonisasi kualifikasi/profesi akuntan ASEAN dan komitmen untuk mencapai tujuan pergerakan bebas barang dan jasa di tahun 2015. Tantangan bagi Organisasi Profesi diantaranya adopsi dan penerapan standar profesi dan best practices, meningkatkan kualitas sertifikasi profesi dan jumlah akuntan sebagai anggota, mempersiapkan infrastruktur pelaksanaan MRA. Tantangan bagi Akuntan diantaranya pemahaman atas standar profesi, akuntansi, audit, dan bidang terkait yang berlaku secara global, peningkatan kualitas individu untuk bersaing secara regional dan global.

Untuk menghadapi persaingan yang cukup ketat, Akuntan harus memperkuat regulasi profesi akuntansi; Mendorong masyarakat Indonesia untuk memperoleh sertifikat profesi akuntan (CA Indonesia); Mendorong masyarakat Indonesia meningkatkan kemampuan komunikasi di lingkup internasional  (penguasaan bahasa Inggris &soft skill); Meningkatkan profesionalisme akuntan Indonesia; Kerja sama antara sesama asosiasi profesi akuntansi di Indonesia dan kerjasama dengan asosiasi profesi akuntansi negara lain; Sinergi seluruh pihak yang berkepentingan dengan profesi akuntansi, seperti regulator, akademisi, praktisi, asosiasi profesi, dan pengguna jasa.


REFERENSI:




Tulisan Ini Adalah Salah Satu Bentuk Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Akuntansi Internasional


Nama          : N. Fadhilah
Dosen          : Jessica Barus, S.E., Mmsi.


UNIVERSITAS GUNADARMA
FAKULTAS EKONOMI



Analisis Jurnal 3

Analisis Jurnal: 3

Topik/Tema                             : Manajemen Akuntansi
Judul                                       : Pengaruh Perilaku Manajemen Laba dan
                                                  Kebijakan Deviden Pada Return Saham
Nama Penulis/Peneliti             : A.A.Gde Sanjaya Adi Pranata & I Dewa Nyoman Badera
Ringkasan                               :


 Suatu perusahaan membutuhkan suatu modal dalam upaya mempertahankan dan menjalankan operasional perusahaan tersebut. Dana atau modal suatu perusahaan bisa didapat dari pihak dalam perusahaan maupun pihak luar perusahaan. Sumber modal dari pihak internal perusahaan adalah dana yang didapat dari keuntungan yang ditanam dalam perusaaan (laba ditahan), laba tahun berjalan, modal dari perseorangan atau modal dari bersama.

Didalam penelitian ini digunakan Pendekatan kuantitaf dengan bentuk asosiatif. Pendekatan asosiatif yang menyatakan pengaruh perilaku manajemen laba dan kebijakan dividen sebagai variabel independent pada variabel dependent yaitu return saham. Lingkup yang di pakai adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2010-2013. Obyek yang ditetapkan dalam penelitian adalah sesuatu yang ingin di pelajari dan dimengerti sehingga akan dapat ditarik kesimpulan. Obyek penelitian adalah pengaruh perilaku manajemen laba dan kebijakan dividen terhadap return saham pada perusahaan yang tercatat di BEI. Penelitian ini menggunakan variabel bebas dan variable terikat. Dalam penelitian ini, pengolahan data dilakukan dengan bantuan program SPSS 19.0 for windows. Data sekunder yang telah dikumpulkan, selanjutnya akan diolah dengan menggunakan analisis deskriptif, uji asumsi klasik, uji koefisien determinasi dan selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis yang telah dirumuskan.

Pada Uji Normalitas Model regresi yang koefisien Asymp.sig (2-tailed) lebih besar dari α = 0,05 maka dapat dikatakan mendekati normal atau normal. Tabel 3 menunjukkan uji normalitas dengan uji Kolmogorov-Smirnov diperoleh 0,103 sehingga data yang akan dianalisis berdistribusi normal.

Pada Uji Heterokedastisitas apabila Asymp. Sig (p value) > 0,05 maka dapat disimpulkan tidak terjadi heterokedastisitas. Hasil dari penelitian menunjukan dapat nilai semua variabel memiliki Asymp. Sig (p value) > 0,05, ini berarti lolos uji heteroskedastisitas.
               
Pada Uji Autokorelasi,.nilai DW sebesar 1.609. Dengan total (n) = 45 dan total variabel bebas (k) = 2 serta a=5%, didapatkan angka dl=1,43 dan du=1,61. Karena DW sebesar 1.609 terletak antara batas atas (du) dan (4-du), ini menggambarkan bahwa regresi ini lolos uji autokorelasi.

Pada Uji Multikoleniarisme, penelitian dianggap lolos uji multikoliniaritas jika besar nilai tolerance > 0,1 dan besar nilai VIF < 10. Pada penelitian ini besar nilai tolerance untuk variabel manajemen laba dan kebijakan dividen bernilai 0,969. Besar nilai VIF dari variabel manajemen laba dan kebijakan dividen bernilai 1,032. Dapat dikatakan penelitian ini lolos uji multikoleniarisme.

Koefisien Determinasi (R2) sebesar 0,153. artinya 15,3% dari indikasi variansi return saham dijelaskan oleh variansi manajemen laba dan kebijakan dividen.

Uji F bernilai sig. Fhitung = 0,082 > α = 0,05. Ini berarti variabel independen yaitu manajemen laba dan kebijakan dividen merupakan penjelas yang signifikan secara statistik pada return saham.

Pengujian  parsial  (t-test)  dalam  penelitian  ini  menunjukkan  bahwa  perilaku manajemen laba (X1) berpengaruh positif dan signifikan secara statistik pada return saham. Pengujian parsial (t-test) dalam penelitian ini mengidentifikasikan bahwa kebijakan dividen (X2) berpengaruh positif dan signifikan secara statistik pada return saham.

Berdasarkan hasil dari pengujian diatas, dapat disimpulan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan variabel manajemen laba dan variabel kebijakan dividen pada return saham di perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2013. Hal ini dapat dilihat dari semakin tinggi manajemen laba dan kebijakan dividen dari suatu perusahaan maka semakin tinggi pula return sahamnya, begitu pula sebaliknya.


E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana.14.3 (2016) Hal: 1642-1669- Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana



Tulisan Ini Adalah Salah Satu Bentuk Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Akuntansi Internasional


Nama          : N. Fadhilah
Dosen          : Jessica Barus, S.E., Mmsi.



UNIVERSITAS GUNADARMA
FAKULTAS EKONOMI



Analisis Jurnal 2

Analisis Jurnal: 2

Topik/Tema                             : Perbandingan Kinerja Keuangan
Judul                                       : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank
                                                  Konvensional dan Bank Syariah Periode 
                                      2010-2014
Nama Penulis/Peneliti             : Gusti Ayu Yuliani Purnamasari & Dodik Aryanto
Ringkasan                               :


Perbankan merupakan lembaga keuangan yang memiliki peranan keuangan yang  cukup  penting  di  Indonesia.Dalam upaya peningkatan dana masyarakat yang belum terpenuhi oleh sistem perbankan konvensional dan untuk memenuhi keperluan masyarakat terhadap layanan jasa perbankan yang menggunakan prinsip syariah, untuk itu secara resmi tahun 1992 perbankan syariah diperkenalkan untuk diketahui kepada masyarakat.

Penelitian ini menggunakan variabel bebas dan variable terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Capital Adequacy Ratio (CAR),  Non Performing Loan (NPL), Net Interest Margin (NIM), dan Loan to Deposits Ratio (LDR). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kinerja keuangan. Penelitian ini memproksikan kinerja keuangan perbankan dengan Return on Assets (ROA). Berdasarkan jenisnya, terdapat dua jenis data yang digunakan dalam penelitian yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Data kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini didapat dalam laporan keuangan bank konvensional yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan bank syariah yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah bank konvensional yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan bank syariah yamg terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan dengan tahun penelitian 2010-2014.

Dalam penelitian ini, pengolahan data dilakukan dengan bantuan program SPSS 19.0 for windows. Data sekunder yang telah dikumpulkan, selanjutnya akan diolah dengan menggunakan analisis deskriptif, uji asumsi klasik, uji koefisien determinasi dan selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis yang telah dirumuskan. Dari hasil penelitian Variabel CAR berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja bank konvensional maupun bank syariah artinya semakin tinggi rasio kecukupan modal, maka tingkat kinerja bank tersebut akan meningkat pula. Dengan relatif besarnya jumlah modal suatu bank tertentu maka akan menumbuhkan kepercayaan masyarakat untuk menabung ataupun mendepositokan dananya pada bank yang bersangkutan dan apabila modal tersebut dikelola secara tepat guna, maka akan mampu mendorong profitabilitasnya.

Variabel NPL berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kinerja bank konvensional dan bank syariah artinya kredit macet yang tinggi akan berdampak buruk terhadap kinerjanya. Variabel NIM berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja bank konvensional dimana semakin tinggi spread suku bunganya, maka tingkat kinerja bank tersebut akan meningkat pula. Sedangkan pada bank syariah variabel NIM tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerjanya karena bank syariah dalam penyaluran dananya menerapkan prinsip bagi hasil.

Variabel LDR tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja bank konvensional sedangkan di bank syariah variabel LDR berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja keuangannya, hal tersebut disebabkan karena porsi dana pihak ketiga pada bank konvensional relatif lebih tinggi atau lebih besar bila dibandingkan dengan bank syariah.

Variabel ROA antara perbankan konvensional dengan perbankan syariah terdapat perbedaan yang signifikan. Tingkat ROA di bank konvensional relatif lebih tinggi bila di bandingkan dengan bank syariah, hal ini disebabkan karena adanya perbedaan yang sangat signifikan terkait dengan paradigma manajemen nya berbeda.


E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana Vol.15.1. April (2016): 82-110 - Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana



Tulisan Ini Adalah Salah Satu Bentuk Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Akuntansi Internasional

Nama          : N. Fadhilah
Dosen         : Jessica Barus, S.E., Mmsi.


UNIVERSITAS GUNADARMA
FAKULTAS EKONOMI


Analisis Jurnal 1

Analisis Jurnal: 1



Topik/Tema                             : Standarisasi dan Harmonisasi
Judul                                        : Akuntansi Internasional - Harmonisasi Versus 
                                                   Standarisasi
Nama Penulis/Peneliti             : Arja Sadjiarto
Ringkasan                                :


Standar akuntansi tidak dapat dilepaskan dari pengaruh lingkungan dan kondisi hukum, sosial dan ekonomi suatu negara tertentu. Hal-hal tersebut menyebabkan suatu standar akuntansi di suatu negara berbeda dengan di negara lain. Globalisasi yang tampak antara lain dari kegiatan perdagangan antar negara serta munculnya perusahaan multinasional mengakibatkan timbulnya kebutuhan akan suatu standar akuntansi yang berlaku secara luas di seluruh dunia.

Globalisasi membawa implikasi bahwa hal-hal yang dulunya dianggap merupakan kewenangan dan tanggung jawab tiap negara tidak mungkin lagi tidak dipengaruhi oleh dunia internasional. Demikian juga halnya dengan pelaporan keuangan dan standar akuntansi.

Salah satu karakteristik kualitatif dari informasi akuntansi adalah dapat diperbandingkan (comparability), termasuk di dalamnya juga informasi akuntansi internasional yang juga harus dapat diperbandingkan mengingat pentingnya hal ini di dunia perdagangan dan investasi internasional. Dalam hal ingin diperoleh full comparability yang berlaku luas secara internasional, diperlukan standardisasi standar akuntansi internasional.

Di sisi lain, adanya faktor-faktor tertentu yang khusus di suatu negara, membuat masih diperlukannya standar akuntansi nasional yang berlaku di negara tersebut. Hal ini dapat dilihat dalam tampilan pembandingan standar akuntansi keuangan di Indonesia dan Amerika Serikat di muka. Dalam Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia terdapat Akuntansi untuk Perkoperasian yang belum tentu dibutuhkan di Amerika Serikat. Berdasarkan hal ini, kecil kemungkinan dan kurang feasible untuk membuat suatu standar akuntansi internasional yang lengkap dan komprehensif.

Konsep yang ternyata lebih populer dibandingkan standardisasi untuk menjembatani berbagai macam standar akuntansi di berbagai negara adalah konsep harmonisasi. Lembaga-lembaga yang aktif dalam usaha harmonisasi standar akuntansi ini antara lain adalah IASC (International Accounting Standard Committee), Perserikatan Bangsa-Bangsa dan OECD (Organization for Economic Cooperation and Development)

Pembentukan IASC merupakan salah satu usaha harmonisasi standar akuntansi yaitu untuk membuat perbedaan-perbedaan antar standar akuntansi di berbagai negara menjadi semakin kecil. Harmonisasi ini tidak harus menghilangkan standar akuntansi yang berlaku di setiap negara dan juga tidak menutup kemungkinan bahwa standar akuntansi internasional yang disusun oleh IASC diadopsi menjadi standar akuntansi nasional suatu negara.

OECD merupakan organisasi yang bergerak di bidang kerja sama ekonomi dan pembangunan. OECD didirikan pada tahun 1961. Tujuan OECD adalah membentuk kerja sama ekonomi antarnegara anggota. Anggota OECD antara lain Amerika Serikat, Autralia, Austria, Kanada, Jepang, Meksiko, Denmark, Italia, Prancis, Jerman, Belanda, Spanyol, Norwegia, Swedia, Swiss, Turki, Slowakia, Polandia, Selandia Baru, Inggris, Luksemburg, Irlandia, Ceko, Portugal, Belgia, Korea Selatan, Finlandia, Hongaria, dan Yunani.

FASB mempunyai pandangan bahwa tetap harus ada satu standar akuntansi internasional yang berlaku di seluruh dunia. Untuk itu perlu dibentuk organisasi penentu standar akuntansi internasional dengan struktur dan proses tertentu. Menurut FASB, IASC bisa dimodifikasi menjadi organisasi ini atau membentuk organisasi baru atau memodifikasi FASB sendiri.


Jurnal Akuntansi & Keuangan Vol. 1, No.2, Nopember 1999: 144 – 161 Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Petra






Tulisan Ini Adalah Salah Satu Bentuk Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Akuntansi Internasional

Nama          : N. Fadhilah
Dosen          : Jessica Barus, S.E., Mmsi.


UNIVERSITAS GUNADARMA
FAKULTAS EKONOMI



Sabtu, 30 April 2016

Tugas Softskill Akuntansi Internasional

MANAJEMEN RISIKO KEUANGAN

Ø Pendahuluan
Manajemen risiko adalah suatu pendekatan terstruktur / metodologi dalam mengelola ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman. Manajemen risiko keuangan terfokus pada risiko yang dapat dikelola dengan menggunakan instrumen-instrumen keuangan.
Tujuan utama manajemen risiko keuangan adalah untuk meminimalkan potensi kerugian yang timbul dari perubahan tak terduga dalam harga mata uang, kredit, komoditas, dan ekuitas.
Para pelaku pasar cenderung tidak berani mengambil risiko. Perantara jasa keuangan dan pencipta pasar memberikan respons dengan menciptakan produk keuangan yang memungkinkan seorang pelaku pasar untuk mengalihkan risiko perubahan harga tak terduga kepada orang lain-pihak lawan.

Ø Mengapa Mengelola Risiko Keuangan ?
Pertumbuhan jasa manajemen risiko yang cepat menunjukkan bahwa manajemen dapat meningkatkan  nilai perusahaan dengan mengendalikan risiko keuangan. Manajemen risiko yang aktif dapat dibenarkan dengan beberapa alasan.
Pertama, manajemen eksposur membantu dalam menstabilkan ekspektasi arus kas perusahaan. Arus kas yang lebih stabil dapat meminimalkan kejutan laba, sehingga meningkatkan nilai kini ekspektasi arus kas. Laba yang stabil juga mengurangi kemungkinan risiko gagal bayar dan kebangkrutan, atau risiko bahwa laba mungkin tidak dapat menutupi pembayaran jasa utang kontraktual.

Ø Peranan Akuntansi
Akuntan manajemen memainkan peranan yang penting dalam proses risiko manajemen. Mereka membantu dalam mengidentifikasi eksposur pasar, mengkuantifisikasi keseimbangan yang terkait dengan strategi respons risiko alternatif, mengukur potensial yang dihadapi perusahaan terhadap risiko tertentu, mencatat produk lindung nilai tertentu dan mengevaluasi efektivitas program lindung nilai. 

v  Identifikasi Risiko Pasar
Kerangka dasar yang bermanfaat untuk mengidentifikasi berbagai jenis risiko market berpotensi dapat disebut sebagai pemetaan risiko. Risiko Pasar adalah risiko pada posisi neraca dan rekening administratif termasuk transaksi derivatif, akibat perubahan dari kondisi pasar, termasuk risiko perubahan harga option.

v  Menguantifikasi Penyeimbangan
Peran lain yang dimainkan oleh para akuntan dalam proses manajemen risiko meliputi proses kuantifikasi penyeimbangan yang berkaitan dengan alternatif strategi respons risiko. Mungkin manajemen lebih suka untuk mempertahankan beberapa risiko yang dihadapi ketimbang harus melakukan lindung nilai apabila biaya perlindungan risiko yang dirasakan lebih tinggi daripada manfaatnya. Akuntan harus mengukur manfaat dari lindung dinilai dan dibandingkan dengan biaya plus biaya kesempatan berupa keuntungan yang hilang dan berasal dari spekulasi pergerakan pasar.

v  Manajemen Risiko di Dunia dengan Kurs Mengambang
   Risiko kurs valas adalah salah satu bentuk risiko yang paling umum dan akan dihadapi oleh perusahaan multinasional.
Dalam dunia kurs mengambang, manajemen risiko mencakup
1.      antisipasi pergerakan kurs,
2.      pengukuran risiko kurs valas yang dihadapi perusahaan,
3.      perancangan strategi perlindungan yang memadai, dan
4.      pembuatan pengendalian manajemen risiko internal.

Ø Peramalan atas Perubahan Kurs
Dalam mengembangkan program manajemen risiko nilai tukar, manajemen keuangan harus memiliki informasi mengenai kemungkinan arah, waktu, dan magnitudo perubahan kurs. Informasi yang sering kali digunakan dalam membuat peramalan kurs (yaitu depresiasi mata uang) berkaitan dengan perubahan dalam faktor-faktor berikut ini:
1.      Perbedaan inflasi.
2.      Kebijakan moneter.
3.      Neraca perdagangan.
4.      Neraca pembayaran.
5.      Cadangan moneter dan kapasitas utang luar negeri.
6.      Anggaran nasional.
7.      Kurs forward.
8.      Kurs tidak resmi.
9.      Perilaku mata uang terkait.
10.  Perbedaan suku bunga.
11.  Harga opsi ekuitas luar negeri.
Hal-hal diatas membantu dalam memprediksi arah pergerakan  mata uang. Namun demikian, biasanya masih tidak cukup untuk memprediksi waktu dan magnitudo perubahan mata uang. Faktor politik sangat memengaruhi nilai mata uang di banyak negara.

Ø Manajemen Potensi Risiko
Potensi terhadap risiko valas timbul apabila perusahaan kurs valas juga mengubah nilai aktiva bersih, laba dan arus kas suatu perusahaan. Pengukuran akuntansi tradisional terhadap potensi risiko valas ini berpusat pada 2 jenis potensi risiko: translasi, dan transaksi.

v  Potensi Risiko Translasi
Mengukur pengaruh perubahan kurs valas terhadap nilai ekuivalen mata uang dosmetik atas aktiva dan kewajiban dalam mata uang asing yang dimiliki oleh perusahaan. Kelebihan antara aktiva terpapar risiko dengan kewajiban terpapar (yaitu pos-pos dalam mata uang asing yang ditranslasikan berdasrkan kurs kini) menyebabkan timbulnya posisi aktiva bersih. Posisi ini seringkali disebut potensi risiko positif. Sebaliknya, jika perusahaan memiliki posisi kewajiban terpapar bersih atau potensi risiko negatif apabila kewajiban terpapar melebihi aktiva terpapar.

v  Potensi Risiko Transaksi
    Potensi risiko transaksi berkaitan dengan keuntungan dan kerugian nilai tukar valas yang timbul dari penyelesaian transaksi yang berdominasi dalam mata uang asing. Tidak seperti keuntungan dan kerugian translasi, keuntungan dan kerugian transaksi memiliki dampak langsung terhadap arus kas.

Risiko translasi dapat dihitung dengan 2 cara, yaitu:
1.    Dikatakan potensi risiko positif apabila aktiva terpapar lebih besar daripada kewajiban (yaitu pos-pos dalam mata uang asing yang ditranslasikan berdasarkan kurs kini. Devaluasi mata uang asing relatif terhadap mata uang pelaporan (nilai mata uang asing menurun) menimbulkan kerugian translasi. Revaluasi mata uang asing (nilai mata uang asing meningkat) menghasilkan keuntungan translasi.
2.    Potensi risiko negatif apabila kewajiban terpapar melebihi aktiva terpapar. Dalam kasus ini, devaluasi mata uang asing menyebabkan timbulnya keuntungan translasi. Revalusi mata uang asing menyebabkan kerugian translasi. Selain potensi risiko translasi pengukuran akuntansi tradisional terhadap potensi risiko valas ini juga berpusat pada potensi risiko transaksi. Potensi risiko transaksi berkaitan dengan keuntungan dan kerugian nilai tukar valuta asing yang timbul dari penyelesaian transaksi yang berdenominasi dalam mata uang asing. Keuntungan dan kerugian transaksi memiliki dampak langsung terhadap arus kas. Laporan potensi risiko transaksi berisi pos-pos yang umumnya tidak muncul dalam laporan keuangan konvensional, tetapi menimbulkan keuntungan dan kerugian transaksi seperti kontrak forward mata uang asing, komitmen pembelian dan penjualan masa depan dan sewa guna usaha jangka panjang.

Ø Strategi Perlindungan
Sekali potensi risiko kurs yang dihadapi dapat diidentifikasikan, langkah berikutnya adalah merancang strategi lindung nilai untuk meminimalkan atau menghilangkan potensi risiko tersebut. Strategi ini mencakup lindung nilai neraca, operasional, dan kontraktual.

v  Lindung Nilai Neraca
Lindung nilai neraca dapat mengurangi potensi risiko yang dihadapi perusahaan dengan menyesuaikan tingkatan dan nilai denominasi moneter aktiva dan kewajiban perusahaan yang terpapar. Metode lindung nilai potensi risiko perusahaan positif lainnya dalam sebuah anak perusahaan yang berlokasi di negara yang rentan terhadap devaluasi meliputi:
1.      Mempertahankan saldo kas dalam mata uang lokal sebesar tingkat minimum yang diperlukan untuk mendukung operasi yang berjalan.
2.      Mengembalikan laba yang di atas jumlah yang diperlukan untuk ekspansi modal kepadainduk perusahaan.
3.      Mempercepat penerimaan dari piutang dagang yang beredar dalam mata uang lokal.
4.      Menunda pembayaran utang dalam mata uang lokal.
5.      Mempercepat pembayaran utang dalam mata uang asing.
6.      Menginvestasikan kelebihan uang tunai ke dalam persediaan dan aktiva lainnya dalam mata uang lokal yang tidak terlalu terpengaruh oleh kerugian devaluasi.
7.      Berinvestasi dalam aktiva di luar negeri dengan mata uang yang kuat.
                                  
v  Lindung Nilai Operasional
Bentuk perlindungan risiko ini berfokus pada variabel-variabel yang memengaruhi pendapatan dan beban dalam mata uang asing. Melalui peningkatan harga jual (untuk penjualan yang ditagih dalam mata uang yang rentan terhadap devaluasi) secara proporsional terhadap perkiraan depresiasi mata uang ini akan membantu perlindungan target margin kotor.
v  Lindung Nilai Kontraktual
Berbagai instrumen lindung nilai kontraktual telah dikembangkan untuk memberikan fleksibilitas yang lebih besar kepada para manajer dalam mengelola potensi risiko valas yang dihadapi. Kebanyakan instrument keuangan ini adalah derivatif, dan bukan merupakan isntrument dasar.

Ø Akuntansi Untuk Produk Lindung Nilai
Produk lindung nilai kontraktual merupakan kontrak atau instrumen keuangan yang memungkinkan penggunaannya untuk meminimalkan, menghilangkan, atau paling tidak mengalihkan risiko pasar pada pundak pihak lain.
Perlakuan akuntansi untuk derivatif keuangan yang telah diterima secara internasional adalah menetapkan nilai produk menurut pasar dengan timbul keuntungan atau kerugian yang diakui sebagai bagian dari laba nonoperasi. Setidaknya di AS, terdapat pengecualian dalam bebarpa kasus jika transaksi memenuhi kriteria lindung nilai yang memadai mencakup hal-hal berikut:
1.      Pos-pos yang sedang dilindung nilai menimbulkan risiko pasar yang harus dihadapi perusahaan.
2.      Perusahaan mendeskripsikan strategi lindung nilai.
3.      Perusahaan menentukan instrumen yang akan digunakan untuk lindung nilai.
4.      Perusahaan mencatat alasannya mengapa lindung nilai yang dilakukan kemungkinan besar akan efektif dilakukan.

Ø Kontrak Forward Valas
Sejumlah importir dan eksportir secara umum menggunakan kontrak forward valas apabila barang yang ditagihkan dalam mata uang asing itu dibeli dari atau dijual kepada pihak asing. Kontrak forward mengimbangi risiko keuntungan atau kerugian transaksi karena kurs berfluktuasi di antara tanggal transaksi dan tanggal penyelesaian.
Kontrak forward valuta merupakan perjanjian untuk mengirimkan atau menerima jumlah mata uang tetentu yang dipertukarkan  dengan mata uang domestik, pada suatu tanggal di masa mendatang, berdasrkan kurs tetap yang disebut sebagai kurs forward. Perbedaan kurs forward dengan kurs spot yang berlaku pada tanggal kontrak forward menimbulkan adanya premium (apabila kurs forward > kurs spot) atau diskon (kurs forward < kurs spot).

Ø Future Keuangan
Suatu kontrak future keuangan memiliki sifat yang mirip dengan kontrak forward. Seperti halnya forward, future merupakan komitmen untuk membeli atau menyerahkan sejumlah mata uang asing pada suatu tanggal tertentu dimasa depan dengan harga yang  sudah ditentukan. Atau dengan cara lain, future juga digunakan untuk penyelesaian tunai selain penyerahan, dan dapat dibatalkan sebelum pengiriman dengan melakukan kontrak penyeimbang untuk instrumen keuangan yang sama.
Para bendaharawan  perusahaan umumnya menggunakan kontrak future untuk mengalihkan risiko perubahan harga kepada pihak lain. Kontrak ini juga dapat digunakan untuk berspekulasi dalam antisipasi pergerakan harga dan untuk memanfaatkan anomali jangka pendek dalam penetapan harga kontrak future.

Ø Opsi Mata Uang
Opsi mata uang memberikan hak kepada pembeli untuk membeli (call) atau menjual (put) suatu mata uang dari pihak penjual (pembuat) berdarkan harga (eksekusi) tertentu pada atau sebelum tanggal kadaluwarsa yang telah ditentukan. Opsi mata uang juga dapat digunakan untuk mengelola laba. Opsi jenis Eropa hanya dapat dieksekusi pada tanggal kadaluwarsa. Opsi jenis Amerika dapat dieksekusi kapan saja hingga tanggal kaldaluwarsa.

Ø Swap Mata Uang
Swap mata uang mencakup pertukaran saat ini dan di masa depan atas dua mata uang yang berbeda kurs yang telah ditentukan sebelumnya. Swap mata uang memungkinkan perusahaan untuk mendapatkan akses terhadap pasar modal yang sebelumnya tidak dapat diakses dengan biaya yang relatif rendah. Swap ini juga memungkinkan  perusahaan untuk melakukan lindung nilai terhadap risiko kurs yang timbul dari kegiatan usaha internasional. Sebagai contoh, misalkan Alpha Corporation (sebuah perusahaan multinasional di AS) bermaksud untuk mendapatkan pinjaman berbunga tetap sebesar $10.000.000 dalam puond Inggris untuk mendanai sebuah perusahaan afiliasi barunya di London.

Ø Perlakuan Akuntansi
FASB menerbitkan FAS No.133, yang diklarifikasi melalui FAS 149 pada bulan April 2003, untuk memberikan pendekatan tunggal yang komprehensif atas akuntansi untuk transaksi derivatif dan lindung nilai. Provisi dasar standar ini adalah:
1.      Seluruh instrumen derivatif dicatat pada neraca sebagai aktiva dan kewajiban instrumen derivatif dicatat sebesar nilai wajarnya.
2.      Keuntungan dan kerugian dari perubahan dalam nilai wajar instrumen derivatif bukanlah aktiva atau kewajiban. Secara otomatis, keduanya diakui sebagai laba jika direncanakan sebagai lindung nilai.
3.      Lindung nilai haruslah sangat efektif agar layak mendapatkan perlakuan akuntansi khusus.
4.      Hubungan lindung nilai  harus terdokumentasi secara lengkap demi manfaat pembaca laporan.
5.      Keuntungan atau kerugian dari investasi bersih dalam mata uang asing pada awalnya dicatat dalam laba komprehensif lainnya. Selanjutnya direklasifikasikan ke dalam laba berjalan jika anak perusahaan tersebut dijual atau dilikuidasi.
6.      Keuntungan atau kerugian dari lindung nilai terhadap arus kas masa depan yang belum pasti, pada awalnya diakui sebagai bagian dari laba komprehensif.

Ø Lindung Nilai Atas Aktiva, Kewajiban, yang Diakui atau Komitmen Perusahaan yang Belum Diakui


Sebagai contoh untuk jurnal atas lindung nilai transaksi dalam mata uang asing maka terlihat dalam tampilan 11-12.



Ø Nilai Investasi Bersih Dalam Operasi Luar Negeri

Sebagai contoh untuk jurnal atas lindung nilai posisi kewajiban terpapar bersih maka terlihat dalam tampilan 11-13.


Ø Berspekulasi Dalam Mata Uang Asing
Terdapat peluang untuk meningkatkan laba dilaporakan dengan menggunakan kontrak forward dan opsi dalam pasar valas. Kontrak forward yang dibeli untuk spekulasi  pada awalnya dicatat sebagai kurs forward. Keuntungan atau kerugian transaksi yang diakui sebelum penyelesaian bergantung pada antara kurs forward awal dan kurs yang tersedia untuk periode kontrak yang tersisa. Perlakuan akuntansi untuk instrument mata uang asin lainnya yang dibahas adalah mirip dengan perlakuan untuk kontrak forward. Perlakuan akuntansi yang dibahas disini didasarkan pada sifat aktivitas lindung nilai; yaitu apakah derivatif melindungi nilai komitmen perusahaan, transaksi yang akan terjadi, investasi bersih pada operasi luar negeri, dan sebagainya. 

Ø Pengungkapan
Pengungkapan yang diwajibkan oleh FAS 133 dan IAS 39 sedikit banyak telah menyelesaikan masalah. Pengungkapan itu antara lain:
1.      Tujuan dan strategi manajemen risiko untuk melakukan transaksi lindung nilai.
2.      Deskripsi pos-pos yang dilindung nilai.
3.      Identifikasi risiko pasar dari pos-pos yang dilindung nilai.
4.      Deskripsi mengenai instrumen lindung nilai.
5.      Jumlah yang tidak dimasukkan dalam penilaian efektivitas lindung nilai.
6.      Justifikasi awal bahwa hubungan lindung nilai tersebut akan sangat efektif untuk meminimalkan risiko pasar.
7.      Penilaian berjalan mengenai efektivitas lindung nilai aktual dari seluruh derivatif yang digunakan selama periode berjalan.

v  Kendali Keuangan
Setiap strategi manajemen risiko keuangan harus mengevaluasi efektivitas program lindung nili. Umpan balik dari siatem evaluasi yang berjalan akan membantu untuk menyusun pengalaman kelembagaan dalam praktik manajemen risiko. Penilaian kinerja program manajemen risko juga memberikan informasi mengenai kapan strategi yang ada sudah tidak lagi tepat untuk dilakukan.

Ø Acuan yang Tepat
Dalam manajemen risiko valas, pertanyaan-pertanyaan berikut ini harus dipertimbangkan ketika hendak memilih sebuah acuan.
·         Apakah acuan yang tepat mewakili suatu kebijakan yang seharusnya diikuti ?
·         Apakah acuan ini dapat diperjelas di bagian awal ?
·         Apakah acuan ini memberikan strategi dengan biaya yang lebih rendah dibandingkan alternatif lainnya ?.
Jika program manajemen risiko valas tersentralisasi, maka acuan yang tepat dapat digunakan untuk mengukur keberhasilan program perlindunngan risiko perusahaan merupakan program yang dapat diimplementasikan oleh manajer setempat. 

Ø Sistem Pelaporan
Sistem pelaporan risiko keuangan harus dapat merekonsiliasikan sistem pelaporan internal dan eksternal. Kegiatan manajemen risiko memiliki orientasi ke depan. Namun demikian, pada akhirnya mereka harus merekonsiliasikan dengan pengukuran potensi risiko dan akun-akun keuangan untuk keperluan pelaporan eksternal. Manajemen risiko keuangan merupakan contoh utama dimana keuangan perusahaan dan akuntansi sangat berkaitan erat.

Ø Contoh Perusahaan yang Menerapkan Manajemen Risiko Keuangan
Dalam laporan keuangan tahunan periode 2014 Perusahaan Nokia, dapat menunjukkan praktik penerapan manajemen risiko keuangan. Diantaranya terdapat bagian dihalaman 177 mengenai Financial Risk Management. Dimana manajemen risiko keuangan terdiri dari:
1.      Market risk
2.      Credit risk
3.      Hazard risk
4.      Liquidity risk



Referensi:
Frederick D.S. Choi, dan Gary K. Meek,International Accounting, Buku 2 Edisi 5.  Jakarta: Salemba Empat,2005.
Laporan Keuangan Nokia Tahun 2014:Website Nokia Corporation.





Tulisan Ini Adalah Salah Satu Bentuk Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Akuntansi Internasional

                                  Nama          : Saraswati Diana
     Nadia Fadhilah

                                  Dosen         : Jessica Barus, S.E., Mmsi.

UNIVERSITAS GUNADARMA
FAKULTAS EKONOMI